bisnis online

Rabu, 04 Desember 2013

Penalaran Karangan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berfikir. Menulis merupakan kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar. Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat. Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:

1.  Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ?
2.    Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif  ?
3.  Bagaimana mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan ?
4.  Bagaimana menyimpulkan karangan secara tepat dan logis ?

C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah:

1.      Untuk mengetahui hakikat penalaran karangan.
2.      Untuk mengetahui maksud penalaran induktif dan deduktif.
3.      Agar bisa mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan.
4.      Agar bisa menyimpulkan karangan secara tepat dan logis.

 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare. (4) Dalam karangan terdiri dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.[1]
Jadi, Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.


B.     Unsur Penalaran
Berikut ialah merupakan unsur penalaran karangan ilmiah, yaitu:
1.      Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2.      Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3.      Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a.       Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas dapat memanfaatkan potensinya.
b.      Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk melakukan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum pernah menikah.
c.       Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang harus dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d.      Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan predikat. Misalnya: X akan menikahi Y.
e.       Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai kebenaran mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.
f.       Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g.      Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal. Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h.      Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial. Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
4.      Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5.      Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6.      Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7.      Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8.      Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9.      Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10.  Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11.  Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan deduktif.
12.  Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.

C.    Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya terdiri atas tiga macam, yaitu: generalisasi, analogi, dan sebab akibat.

Contoh:
Seorang polisi lalu lintas mengamati proses peristiwa di tempat kejadian perkara suatu kecelakaan lalu lintas di perempatan Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30. Sebuah sepeda motor dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri rusak, penyok sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya. Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar jatuh 1,5 meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses perhitungan waktu polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para saksi. Polisi menyatakan bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda motor berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan, pengendara sepeda motor terbukti bersalah.
Kesimpulan : (1) Pengendara sepeda motor  harus membiayai perbaikan mobil yang ditabraknya.
                     (2)  Membayar denda atas pelanggarannya.

Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi penalaran (1) observasi data, (2) menyusun estimasi (perkiraan data), (3) verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran / komparasi konstan (terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5) konfirmasi (penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hash generalisasi / induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau inferensi).

D.    Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang berupa prinsip. Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik pengembangannya maupun uraian isinya.
Karangan kualitatif sering digunakan dalam pembahasan masalah-masalah humaniora (sastra, kemanusiaan, cinta kasih, penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi produk yang bernilai ekonomi, seperti: keindahan pakaian, kecantikan, keserasian, dan lain-lain dapat pula menggunakan jenis karangan ini.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif kuantitatif ditandai dengan penggunaan angka kuantitatif yang bersifat rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan:

1.      Bidang observasi: berdasarkan bidang studi kajian,
2.      Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,
3.      Kerangka teori: berisi pada pembahasan variabel,
4.      Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,
5.      Rumusan hipotesis dan penjelasannya,
6.      Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian hipotesis,
7.      Desain penelitian (metode penelitiana): proses pengumpulan data, pengolahan, hasil analisis data, sampai dengan simpulan,
8.      Analisis data,
9.      Hasil analisis, dan
10.  Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan konsep, dikembangan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi, deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.
a.  Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik flashback.
1)     
(1)    Peristiwa terakhir,
(2)     peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk sorot balik atau flashback,
(3)    kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan cerira.
Peristiwa terakhir
2)      Peristiwa pertama
Peristiwa kedua                     
Peristiwa ketiga

Untuk menyusun kronologi peristiwa, perhatikan kata-kata dan frasa berikut ini.

dalam peristiwa itu,
peristiwa itu diawali dengan,
dewasa ini,
sekarang ini,
pada waktu itu,
ketika itu,
bila,
sebelum,
sementara,
dalam peristiwa itu,
mula-mula, akhirnya,
peristiwa, kejadian,
pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya,
setelah itu, diawali, lalu, kemudian, akhirnya,
pada hari itu,
selama itu,
akan, sudah, sedang,
proses itu diawali, dilanjutkan dan diakhiri,
peristiwa itu diakhiri dengan,
sejak itu,
lalu,
selanjutnya


b.      Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:

di sana, di sini, di situ,
di, pada,
di bawah, di atas,
di tengah,
di utara, di selatan,
di depan, di muka,
di belakang,
di kiri, di kanan,
di luar, di dalam,
berhadapan,
bertolak belakang dengan,
berseberangan,
melalui, belok kanan,
belok kiri, ke depan,
ke atas, ke samping,
di sisi, di seberang,
di hadapan,
di persimpangan,

c.       Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya.

d.      Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak penting atau sebaliknya.



E.     Salah Nalar
Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan, kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat. Di bawah ini, ada 10 macam salah nalar yang dapat disaksikan dalam karangan.
1.      Diduksi yang salah
2.      Generalisasi yang terlalu luas
3.      Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4.      Salah nilai atas penyebab
5.      Analogi yang salah
6.      Penyimpangan masalah
7.      Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8.      Argumentasi Ad-Huminem
9.      Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10.  Nonseguitur[2]

F.     Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda, kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan pembuktian. Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta, generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).

1.      Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian besar gejala yang diamati. Di dalam pengambangan karangan, generalisasi  perlu ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus.
Ungkapan generalisasi:
● terbesar, ter ...
● paling besar,
● semua, setiap
● tidak pernah,
● pada umumnya,
● secara keseluruhan,
Ungkapan pendukung:
● cenderung,
● pada umumnya,
● sebagian besar,
● galibnya,
● selalu,
● dukungan kuantitatif (angka)


generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi faktual atau opini. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian (value judgement). Fakta mudah dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:
(1)   a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia.
b. Baginya masalah itu terlalu remeh.
            (2) a. Guru adalah tenaga kependidikan.
b. Sudah selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.     
 Dengan segera dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta, sedangkan b mengemukakan penilaian/pendapat.
2.      Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi sederhana yang mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi kompleks yang mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan karangan sejenis generalisasi.  Fakta mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi klasifikasi.
Contoh :
a.       Bahasa-bahasa di Madagaskar, Formosa, Filipina, dan Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia. (generalisasi klasifikasi)
b.      Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri. (generalisasi)
3.      Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan. Sedangkan pertentangan  ialah membahas perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator perbandingan dan pertentangan.
→ Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang mudah didapat.
→ Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak muda dahulu.
→ India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah negara maritim.
→ Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan untuk perbandingan dan pertentangan di antaranya:

Untuk membandingkan:
● sama dengan,
● seperti,
● seperti halnya,
● menyerupai,
● hampir sama dengan,
● selaras dengan,
● sesuai dengan,
● tepat sama dengan,
● demikian juga,
● sama saja,
● serupa dengan,
● sejalan dengan
Untuk mempertentangkan:
● berbeda dengan,
● bertentangan dengan,
● berlawanan dengan,
● .... sedangkan ....,
● sebaliknya
● dipihakn lain,
● halnya dengan,
● meskipun,
● lain halnya dengan,
● kurang dari,
● tidak sama dengan,
● akan tetapi.




4.      Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat sehingga timbullah serangkaian sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang dengan penalaran sebab-akibat:
1)      Menentukan topik,
2)      Menentukan pola,
3)      Menentukan sebab,
4)      Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5)      Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
6)      Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.

Kata atau ungkapan yang lazim digunakan:
● oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa
● oleh karena itu,
● akibatnya,
● alhasil, jadi,
● sebab,
● dengan alasan itu,
● dengan alasan itu, pengalaman membuktikan bahwa,
● karena.

5.      Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan.
Secara garis besar analogi dapat dibedakan atas:
1)      Analogi sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut penjelasan fakta secara mendalam.
  Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang sudah diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
2)      Analogi yang berupa kiasan
  Sulit dipahami karena bersifat subjektif.
  Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1)       Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek yang sudah dikenal.
  Tidak menghasilkan simpulan.
  Tidak memberikan pengetahuan baru.
  Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan, laksana, seperti, bagai.
  se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari tangan kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
2)       Analogi induktif
  Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
  Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek yang lain,  berdasarkan persamaan ciri.
  Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan santai sambil menikmati musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba Saya mendengar teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “ How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang Indonesia. Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.

6.      Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tembok ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan.[3]

7.      Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah. Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam perkiraan:
→ memperkirakan/diperkirakan,
→ ditaksir,
→ sangat mungkin,
→ boleh jadi,
→ anggapan,
→ dapat diproyeksikan,
→ mungkin,
→ diduga akan.

G.    Simpulan
Data yang dianalisis dan dievakuasi menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat diinterpretasikan menjadi suatu simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi, atau tindakan.
a.       Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih terlihat pada saat simpulan dibuat.
b.      Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai argumentasi.
c.       Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif solusi, menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk peremajaan mesin produksi.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2.      Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya akan menghasilkan suatu simpulan.
3.      Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat, analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.

B.     Kritik dan Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat kekhilafan dan kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA

Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Akapres
Muawanah, Siti., 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI, Bahsasa Inggris, Bahasa Arab. Palangka Raya: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri.



[1] Siti Muawanah,  Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, 2012, hal. 155
[2] Alek A. dan H. Achmad H. P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, 2010, hal. 198-202
[3] E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, 2006, hal. 167

Tidak ada komentar:

Posting Komentar