BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menulis
merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu topik kita harus
berfikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta, membandingkan dan sebagainya.
Setiap saat selama hidup kita, terutama dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu
berfikir. Menulis merupakan
kegiatan mental. Pada waktu kita berfikir, dalam benak kita timbul serangkaian
gambar sesuatu yang tidak hadir secara nyata. Kegiatan ini mungkin tidak
terkendali, terjadi dengan sendirinya, tanpa kesadaran, misalnya melamun.
Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan secara sadar, tersusun dalam urutan yang
saling berhubungan, dan bertujuan untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis
kegiatan berfikir yang terakhir inilah yang disebut kegiatan bernalar.
Dapatlah dicatat bahwa proses bernalar atau singkatnya penalaran merupakan
proses berfikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan.
Kegiatan penalaran mungkin bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya,
penalaran itu dibedakan sebagai penalaran induktif dan deduktif.
Berdasarkan uraian diatas mengenai penalaran maka
dapat kita katakan penalaran merupakan proses berpikir manusia untuk
menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
kesimpulan. Sementara dalam karangan penalaran berarti penggunaan pikiran untuk
suatu kesimpulan yang tuangkan dalam bentuk tulisan atau tertulis. Dengan
penalaran yang tepat, hal-hal yang akan dituangkan dalam karangan menjadi kuat.
Penyajian materi karangan akan sesuai dengan jalan pikiran yang tepat. Oleh
karena itu, setiap pengungkapan harus dipertimbangkan terlebih dahulu agar
hal-hal yang tidak tepat tidak masuk dalam karangan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan penalaran didalam karangan ?
2. Apakah yang dimaksud dengan penalaran induktif dan deduktif ?
3. Bagaimana mengaplikasikan
penalaran dalam mengorganisasi karangan ?
4. Bagaimana menyimpulkan karangan
secara tepat dan logis ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui hakikat penalaran karangan.
2. Untuk mengetahui maksud penalaran induktif dan deduktif.
3. Agar bisa mengaplikasikan penalaran dalam mengorganisasi karangan.
4. Agar bisa menyimpulkan karangan secara tepat dan logis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian,
yaitu: (1) Proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang
paling berhubungan sampai simpulan. (2) Menghubung-hubungkan fakta atau data
sampai dengan suatu simpulan, (3) Proses menganalisis suatu topik sehingga
menghasilkan suatu simpulan atau pengertian bare. (4) Dalam karangan terdiri
dua variabel atau lebih, penalaran dapat diartikan mengkaji, membahas, atau
menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai
menghasilkan suatu derajat hubungan suatu simpulan. (5) Pembahasan suatu
masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau
pengertian baru.[1]
Jadi, Penalaran karangan ialah proses berpikir
logis untuk mengkaji hubungan-hubungan fakta yang terdapat dalam karangan
sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian
baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam suatu karangan itu menghasilkan sebuah
analisis induktif dan deduktif.
B. Unsur Penalaran
Berikut ialah merupakan unsur penalaran
karangan ilmiah, yaitu:
1. Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesifik dan
berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2. Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi
yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau kesalahannya.
3. Proposisi mempunyai beberapa jenis, antara lain:
a. Proposisi empirik yaitu proposisi berdasarkan fakta, misalnya: Anak cerdas
dapat memanfaatkan potensinya.
b. Proposisi mutlak yaitu pembenaran yang tidak memerlukan pengujian untuk
melakukan benar atau salahnya. Misalnya: Gadis yaitu wanita muda yang belum
pernah menikah.
c. Proposisi hipotetik yaitu persyaratan hubungan subjek dan predikat yang
harus dipenuhi. Misalnya: Jika dijemput, X akan ke rumah.
d. Proposisi kategoris yaitu tidak adanya persyaratan hubungan subjek dan
predikat. Misalnya: X akan menikahi Y.
e. Proposisi positif universal yaitu pernyataan positif yang mempunyai
kebenaran mutlak. Misalnya: Semua hewan akan mati.
f. Proposisi positif persial yaitu pernyataan bahwa sebagian unsur pernyataan
tersebut bersifat positif. Misalnya: Sebagian orang ingin hidup kaya.
g. Proposisi negatif universal yaitu kebalikan dari proposisi positif universal.
Misalnya: Tidak ada gajah tidak berbelalai.
h. Proposisi negatif persial yaitu kebalikan dari proposisi positif persial.
Misalnya: Sebagian orang hidup menderita.
4. Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti,
dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5. Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan (alasan),
argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justufikasi (pembenaran).
6. Sistematika yaitu seperangkat proses atas bagian-bagian atau unsur-unsur
proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7. Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8. Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9. Analisis (pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi analisis
(pembahasan, penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi,
mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10. Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu
terbukti kebenarannya atau kesalahannya.
11. Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif dan
deduktif.
12. Kesimpulan (simpulan) yaitu penafsiran atau hasil pembahasan, dapat berupa
implikasi atau inferensi.
C. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir
logis yang diawali dengan observasi data, pembahasan, dukungan pembuktian, dan
diakhiri kesimpulan umum. Kesimpulan ini dapat berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum atas fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif pada dasarnya
terdiri atas tiga macam, yaitu: generalisasi, analogi, dan sebab akibat.
Contoh:
Seorang polisi lalu lintas mengamati proses
peristiwa di tempat kejadian perkara suatu kecelakaan lalu lintas di perempatan
Rawamangun Muka, persimpangan Rawamangun Muka-Utan Kayu dan Cililitan-Tanjung
Priuk yang terjadi tanggal 10 juli 2000 pukul 12.30. Sebuah sepeda motor dari
arah Tanjung Priuk menabrak mobil sehingga pintu di bagian kiri rusak, penyok
sedalam 10 cm, dan sepeda motor tergeletak di dekat mobil yang ditabraknya.
Seorang saksi mata menuturkan bahwa pengendara sepeda motor terkapar jatuh 1,5
meter di sebelah kiri sepeda motornya. Dalam pengamatannya, melalui proses
perhitungan waktu polisi menyatakan bahwa pada saat mobil melintas dari arah
Cililitan ke Rawamangun Muka lampu hijau menyala dan dibenarkan oleh para
saksi. Polisi menyatakan bahwa, dalam keadaan lampu merah sepeda motor
berkecepatan tinggi dari arah Tanjung Priuk menabrak mobil yang sedang berbelok
dari arah selatan ke arah Rawamangun Muka. Hasil pengamatan, pengendara sepeda
motor terbukti bersalah.
Kesimpulan : (1) Pengendara sepeda motor harus membiayai perbaikan mobil yang
ditabraknya.
(2) Membayar denda atas pelanggarannya.
Karangan ilmiah kualitatif induktif dilandasi
penalaran (1) observasi data, (2) menyusun estimasi (perkiraan data), (3)
verifikasi analisis pembuktian, (4) pembenaran / komparasi konstan
(terus-menerus dan berkelanjutan sampai suatu simpulan), (5) konfirmasi
(penegasan dan pengesahan) melalui pengujian hipotesis, (6) hash generalisasi /
induksi, (7) konklusi (simpulan: penafsiran atas hasil berupa implikasi atau
inferensi).
D.
Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah proses berpikir
logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat umum, disertai
pembuktian khusus, dan diakhiri dengan simpulan khusus yang berupa prinsip.
Karangan deduktif mempunyai bermacam-macam jenis berdasarkan teknik
pengembangannya maupun uraian isinya.
Karangan kualitatif sering digunakan dalam
pembahasan masalah-masalah humaniora (sastra, kemanusiaan, cinta kasih,
penderitaan, dan lain-lain). Namun, kualifikasi produk yang bernilai ekonomi,
seperti: keindahan pakaian, kecantikan, keserasian, dan lain-lain dapat pula
menggunakan jenis karangan ini.
Dalam karangan (laporan penelitian) deduktif
kuantitatif ditandai dengan penggunaan angka kuantitatif yang bersifat
rasional. Secara rinci proses tersebut menguraikan:
1.
Bidang observasi: berdasarkan bidang studi
kajian,
2.
Rumusan masalah: pertanyaan yang akan dibahas,
3.
Kerangka teori: berisi pada pembahasan
variabel,
4.
Tujuan: tahap kegiatan yang hendak dicapai,
5.
Rumusan hipotesis dan penjelasannya,
6.
Deskripsi data: diperlukan untuk pengujian
hipotesis,
7.
Desain penelitian (metode penelitiana): proses
pengumpulan data, pengolahan, hasil analisis data, sampai dengan simpulan,
8.
Analisis data,
9.
Hasil analisis, dan
10.
Simpulan deduktif: interpretasi atas hasil
Bahasan topik karangan berdasarkan penelitian
tersebut relatif rumit dan sulit. Namun, sebuah karangan dapat ditulis dalam
bentuk yang sederhana dan mudah. Pengembangan topik dapat dilakukan berdasarkan
urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran sederhana, sebab-akibat, deduksi
sederhana, induksi sederhana, dan sebagainya.
Karangan disusun berdasarkan satu kesatuan
konsep, dikembangan dalam urutan logis, sistematik, jelas, dan akurat. Urutan
dapat disususn berdasarkan urutan peristiwa, waktu, ruang, penalaran (induksi,
deduksi, sebab-akibat), proses, kepentingan, dan sebagainya.
a.
Urutan Peristiwa (Kronologis)
Karangan dengan urutan peristiwa secara
kronologis ialah menyajikan bahasan berdasarkan urutan kejadian. Peristiwa ini
terjadi kemudian diuraikan lebih dulu, peristiwa yang terjadi kemudian
diuraikan kemudian. Urutan dapat disajikan dengan pola sebagai berikut:
Cara pertama: urutan kronologis secara alami.
Peristiwa 1,
Peristiwa 2,
Peristiwa 3, dan seterusnya
Cara kedua: urutan peristiwa dengan sorot barik
flashback.
1)
(1)
Peristiwa terakhir,
(2)
peristiwa pertama s.d ketiga dalam bentuk
sorot balik atau flashback,
(3)
kembali ke peristiwa terakhir dan melanjutkan
cerira.
|
2)
Peristiwa pertama
Peristiwa kedua
Peristiwa ketiga
Untuk menyusun kronologi peristiwa, perhatikan
kata-kata dan frasa berikut ini.
dalam peristiwa itu,
peristiwa itu diawali dengan,
dewasa ini,
sekarang ini,
pada waktu itu,
ketika itu,
bila,
sebelum,
sementara,
dalam peristiwa itu,
mula-mula, akhirnya,
peristiwa, kejadian,
pertama, kedua, ketiga, selanjutnya, akhirnya,
setelah itu, diawali, lalu, kemudian,
akhirnya,
pada hari itu,
selama itu,
akan, sudah, sedang,
proses itu diawali, dilanjutkan dan diakhiri,
peristiwa itu diakhiri dengan,
sejak itu,
lalu,
selanjutnya
b.
Urutan Ruang
Urutan ruang dipergunakan untuk menyatakan
hubungan tempat atau ruang. Untuk menyatakan urutan ruang itu antara lain kita
dapat mengguanakan ungkapan-ungkapan:
di sana, di sini, di situ,
di, pada,
di bawah, di atas,
di tengah,
di utara, di selatan,
di depan, di muka,
di belakang,
di kiri, di kanan,
di luar, di dalam,
berhadapan,
bertolak belakang dengan,
berseberangan,
melalui, belok kanan,
belok kiri, ke depan,
ke atas, ke samping,
di sisi, di seberang,
di hadapan,
di persimpangan,
c.
Urutan Alur Penalaran
Berdasarkan alur penalarannya, suatu paragraf
dapat dikembangkan dalam urutan umum-khusus dan khusus-umum. Urutan ini
menghasilkan paragraf deduktif dan induktif. Dalam karangan yang panjang
terdiri beberapa bab akan menghasilkan bab simpulan.
Urutan umum-khusus banyak dipergunakan dalam
karya ilmiah. Tulisan yang paragraf-paragrafnya dikembangkan dalam urutan ini
secara menyeluruh lebih mudah dipahami isinya.
d. Urutan Kepentingan
Suatu karangan dapat dikembangkan dengan
urutan berdasarkan kepentingan gagasan yang dikemukakan. Dalam hal ini arah
pembicaraan ialah dari yang paling penting sampai kepada yang paling tidak
penting atau sebaliknya.
E. Salah Nalar
Salah nalar yaitu gagasan, perkiraan,
kepercayaan, atau kesimpulan yang keliru atau sesat. Di bawah ini, ada 10 macam
salah nalar yang dapat disaksikan dalam karangan.
1.
Diduksi yang salah
2.
Generalisasi yang terlalu luas
3.
Pemikiran ‘atau ini, atau itu’
4.
Salah nilai atas penyebab
5.
Analogi yang salah
6.
Penyimpangan masalah
7.
Pembenaran pokok masalah lewat pokok sampingan
8.
Argumentasi Ad-Huminem
9.
Imbauan pada keahlian yang disangsikan
10. Nonseguitur[2]
F. Isi Karangan
Isi karangan dapat berupa sajian fakta (benda,
kejadian, gejala, sifat atau ciri sesuatu, dan sebagainya), pendapat/sikap dan
tanggapan, imajinasi, ramalan, dan sebagainya. Karya ilmiah berisi ilmu
pengetahuan dan teknologi, membahas permasalahan, pembahasan, dan pembuktian.
Dalam bagian ini akan dibahas hal-hal yang berhubungan dengan fakta,
generalisasi, spekifikasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan,
sebab-akibat, analogi, dan perkiraan (ramalan).
1.
Generalisasi dan Spesifikasi
Generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua
atau sebagian besar gejala yang diamati. Di dalam pengambangan karangan,
generalisasi perlu ditunjang pembuktian
dengan fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan
spesifikasi atau ciri khusus.
Ungkapan generalisasi:
● terbesar, ter ...
● paling besar,
● semua, setiap
● tidak pernah,
● pada umumnya,
● secara keseluruhan,
Ungkapan pendukung:
● cenderung,
● pada umumnya,
● sebagian besar,
● galibnya,
● selalu,
● dukungan kuantitatif (angka)
generalisasi yang mengemukakan fakta disebut generalisasi
faktual atau opini. Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca
daripada generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian (value judgement).
Fakta mudah dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut:
(1)
a. Kependudukan merupakan masalah pokok dunia.
b. Baginya masalah itu terlalu remeh.
(2) a. Guru adalah tenaga kependidikan.
b. Sudah
selayaknya guru disoroti oleh masyarakat.
Dengan segera
dapat diketahui bahwa pernyataan-pernyataan a mengemukakan fakta, sedangkan b
mengemukakan penilaian/pendapat.
2.
Klasifikasi
Klasifikasi adalah pengelompokan fakta berdasarkan atas
ciri atau kriteria tertentu. Klasifikasi ada dua jenis, yaitu klasifikasi
sederhana yang mengelompokkan objek menjadi dua kelompok, misalnya: manusia
terdiri dari dua jenis yaitu pria dan wanita, dan klasifikasi kompleks yang
mengelompokkan objek menjadi tiga kelompok atau lebih, misalnya: usia manusia
dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu anak balita, anak usia
sekolah SD, SMP, dan SMU, orang dewasa, dan manula.
Dalam pengembangan karangan, klasifikasi merupakan
karangan sejenis generalisasi. Fakta
mengemukakan dua macam generalisasi yaitu generalisasi biasa dan generalisasi
klasifikasi.
Contoh :
a.
Bahasa-bahasa di Madagaskar, Formosa,
Filipina, dan Indonesia termasuk rumpun bahasa Austronesia. (generalisasi
klasifikasi)
b.
Semua mahasiswa mampu berpikir mandiri.
(generalisasi)
3.
Perbandingan dan Pertentangan
Perbandingan ialah membahas kesamaan dan kemiripan.
Sedangkan pertentangan ialah membahas
perbedaan dan ketidaksamaan. Kalimat-kalimat berikut merupakan dikator
perbandingan dan pertentangan.
→ Dahulu di gunung kidul air sangat langka, sekarang
mudah didapat.
→ Anak muda sekarang lebih bebas bergaul daaripada anak
muda dahulu.
→ India adalah negara benua sedangkan Indonesia adalah
negara maritim.
→ Perbedaan sistem liberal dan demokrasi Pancasila.
Kata-kata/ungkapan yang dipergunakan untuk menyatakan
untuk perbandingan dan pertentangan di antaranya:
Untuk membandingkan:
● sama dengan,
● seperti,
● seperti halnya,
● menyerupai,
● hampir sama dengan,
● selaras dengan,
● sesuai dengan,
● tepat sama dengan,
● demikian juga,
● sama saja,
● serupa dengan,
● sejalan dengan
Untuk mempertentangkan:
● berbeda dengan,
● bertentangan dengan,
● berlawanan dengan,
● .... sedangkan ....,
● sebaliknya
● dipihakn lain,
● halnya dengan,
● meskipun,
● lain halnya dengan,
● kurang dari,
● tidak sama dengan,
● akan tetapi.
4.
Sebab dan Akibat
Suatu peristiwa dapat menyebabkan serangkaian akibat
sehingga timbullah serangkaian sebab-akibat. Berikut merupakan proses mengarang
dengan penalaran sebab-akibat:
1) Menentukan topik,
2) Menentukan pola,
3) Menentukan sebab,
4) Mulai menulis dengan kalimat topik yang menjadi sebab,
5) Menjelaskan sebab-sebab tersebut, mengapa sebab-sebab itu terjadi,
6) Menyebutkan/menjelaskan akibat yang ditimbulkan.
Kata atau ungkapan yang lazim digunakan:
● oleh sebab itu, dengan pertimbangan bahwa
● oleh karena itu,
● akibatnya,
● alhasil, jadi,
● sebab,
● dengan alasan itu,
● dengan alasan itu, pengalaman membuktikan bahwa,
● karena.
5.
Analogi
Analogi adalah bentuk suatu kias persamaan
atau perbandingan dua atau lebih objek yang berlainan.
Secara garis besar analogi dapat dibedakan
atas:
1) Analogi sederhana
● Mudah dipahami karena mencari persamaan dua
objek yang tidak menuntut penjelasan fakta secara mendalam.
●
Mencari persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut
yang sudah diketahui.
Contoh: Gadis itu bagaikan bunga mawar di
kelas kami.
2) Analogi yang berupa kiasan
● Sulit
dipahami karena bersifat subjektif.
●
Mencari persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
Contoh: Daya pikir mahasiswa itu tajam.
Analogi berdasarkan pengungkapan Isi:
1) Analogi deklaratif
● Menjelaskan suatu objek yang belum dikenal
berdasarkan persamaannya dengan objek yang sudah dikenal.
● Tidak
menghasilkan simpulan.
● Tidak
memberikan pengetahuan baru.
●
Kata-kata yang digunakan dalam analogi deklaratif adalah bagaikan,
laksana, seperti, bagai.
●
se.... (kale keadaan, misalnya “seindah”).
Contoh:
Ia berdiri di depan kelas dengan wajah merah padam.
Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan
pistol dari tangan kirinya di meja, seperti militer siap tembak musuh. Ia
memukul meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya
menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang yang hadir
terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
2) Analogi induktif
●
Menjelaskan suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru.
●
Menghasilkan suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi).
● Kesimpulan dapat dijadikan dasar pengetahuan
bagi objek yang lain, berdasarkan
persamaan ciri.
●
Kata-kata yang sering digunakan: maka, dengan demikian, dengan begitu.
Contoh:
Pada pertengahan Juli 1981, Saya pergi ke kampus London
University untuk mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk
mengikuti kuliah tersebut maka Saya dapat berjalan santai sambil menikmati
musim panas yang masih terasa sejuk. Di depan kampus, tiba-tiba Saya mendengar
teriakan, “ Halo Indonesia “. Saya menengok ke arah suara, sambil bertanya, “
How do you know ? “ . Meraka bertiga menjawab dalam bahasa Indonesia, “ Mudah
saja, walaupun Anda tampak seperti orang philipin, jalan Anda persis orang Indonesia.
Santai ! “. Dengan pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan Saya. Walaupun
tidak secepat orang Inggris atau orang Eropa pada umumnya. Mereka benar. Orang
berjalan santai berisiko dicopet, dipalak, atau sejenisnya. Tegasnya, Saya
harus berjalan cepat seperti kebiasaan orang Eropa.
6.
Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tembok
ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan
kausal ini sering kita temukan.[3]
7.
Ramalan dan Perkiraan
Ramalan adalah semacam inferensi yang berisi
pernyataan tentang sesuatu yang terjadi pada waktu yang akan datang. Ramalan
dibedakan menjadi atas ramalan tidak ilmiah dan ramalan ilmiah. Ramalan tidak
ilmiah adalah ramalan yang diperoleh melalui prosedur yang tidak ilmiah.
Misalnya, sesuatu yang bersifat gaib. Ramalan ilmiah disusun berdasarkan hasil
penalaran ilmiah, perhitungan atas fakta, pengalaman empirik, pengujian, atau
analisis ilmiah.
Kata-kata yang lazim digunakan dalam
perkiraan:
→ memperkirakan/diperkirakan,
→ ditaksir,
→ sangat mungkin,
→ boleh jadi,
→ anggapan,
→ dapat diproyeksikan,
→ mungkin,
→ diduga akan.
G. Simpulan
Data yang dianalisis dan dievakuasi
menghasilkan fakta. Fakta hasil analisis dapat diinterpretasikan menjadi suatu
simpulan yang dapat barupa: perkiraan, implikasi, inferensi, atau tindakan.
a. Implikasi adalah simpulan yang bersifat melibatkan data. Misalnya: Sore
hari ini tidak hujan. Kesimpulan tersebut diambil berdasarkan fakta yang masih
terlihat pada saat simpulan dibuat.
b. Inferensi diambil berdasarkan analisis yang bersumber pada referensi atau
rujukan. Misalnya: Majapahit adalah kerajaan di Jawa timur yang mengalami
kejayaan pada masa kekuasaan Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Simpulan
tersebut didasarkan pada tanda-tanda atau sisa-sisa yang masih diamati sebagai
argumentasi.
c. Tindakan adalah simpulan yang dilakukan sebagai tindak lanjut dari suatu
kajian. Misalnya: Setelah dilakukan studi yang mendalam, sebuah perusahaan
hampir bangkrut karena mesin teknologi yang digunakan sudah usang. Alternatif
solusi, menjual perusahaan dengan harga murah atau meminjam uang di bank untuk
peremajaan mesin produksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penalaran karangan ialah proses berpikir logis untuk mengkaji hubungan-hubungan
fakta yang terdapat dalam karangan sampai menghasilkan suatu simpulan yang
berupa pengetahuan atau pengertian baru. Kemudian hasil atau simpulan dalam
suatu karangan itu menghasilkan sebuah analisis induktif dan deduktif.
2. Induktif dan deduktif pada dasarnya merupakan proses bernalar yang nantinya
akan menghasilkan suatu simpulan.
3. Dalam karangan terdapat isi karangan. Isi karangan tersebuta meliputi
generalisasi, klasifikasi, perbandingan dan pertentangan, sebab dan akibat,
analogi, ramalan dan perkiraan, dan simpulan.
B. Kritik dan Saran
Semoga dengan adanya makalah ini para pembaca
dan kami selaku pemateri, mendapatkan manfaatnya. Dan apabila terdapat
kekhilafan dan kekurangan dalam penulisan atau penyajian makalah ini kami
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah
ini lebih bermanfaat di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Alek dan Achmad., 2010, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Arifin, Zainal dan Tasai, Amran., 2006, Cermat Berbahasa Indonesia Untuk
Perguruan Tinggi, Jakarta : Akapres
Muawanah, Siti., 2012. Bahan Ajar Bahasa Indonesia
Jurusan KPI, Bahsasa Inggris, Bahasa Arab. Palangka Raya: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri.
[1]
Siti Muawanah, Bahan Ajar Bahasa Indonesia Jurusan KPI,
Bahasa Inggris, Bahasa Arab, 2012, hal. 155
[2]
Alek A. dan H. Achmad H. P., Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi, 2010, hal. 198-202
[3]
E. Zainal Arifin dan S. Amran Tasai,
Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, 2006, hal. 167
Tidak ada komentar:
Posting Komentar